Baru-baru ini, situs jejaring sosial terpopuler di dunia, Facebook, mengeluarkan versi “ringan”-nya yang diberi nama Facebook Lite. Awalnya, Facebook Lite hanya diluncurkan di Amerika Serikat dan India saja untuk melihat reaksi publik di sana akan kehadiran Facebook Lite. Setelah mendapat respon yang cukup positif dari sampel di sana, akhirnya Facebook Lite diluncurkan secara meluas ke seluruh dunia.
Versi baru dari Facebook ini mengutamakan kesederhanaan, kecepatan, dan keefektifan. Beberapa fitur seperti chatbox dan aplikasi-aplikasi ditiadakan. Facebook Lite ini memang didedikasikan kepada negara-negara yang punya keterbatasan dalam akses internet.
Kemunculan Facebook Lite adalah bentuk adaptasi dari Facebook untuk membuat situs mereka agar dapat lebih diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini, banyak pendapat yang mengatakan bahwa tindakan ini dilakukan dengan berkaca dari apa yang telah dilakukan Twitter, sebuah situs layanan microblogging yang dengan cepat melesat menjadi salah satu situs jejaring sosial yang banyak disukai sejak pelucurannya.
Pada umumnya, yang bisa dilakukan di Twitter hanya satu: menjawab pertanyaan “Apa yang sedang kaulakukan?”. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Twitter berkembang dan kini orang-orang bisa saling me-reply tweet (yang lama kelamaan makin terlihat seperti chat), me-Retweet (menyebarkan ulang tweet orang lain), sampai akhirnya muncul apa yang dinamakan Trending Topics (topik terhangat yang sedang dibicarakan di Twitter pada saat itu). Yang dilakukan di Twitter hanyalah sesimpel itu. Kita memperbaharui status terbaru kita sambil sesekali menjawab status orang lain, menengok status mereka, atau mengintip topik obrolan terhangat yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Dengan segala kesederhanaannya, Twitter sukses menasbihkan diri sebagai penyedia update berita terbaik bagi penggunanya yang aktif. Untuk mereka yang aktif, Twitter memberitahu lebih cepat dari yang diberitakan televisi atau situs internet lainnya.
Selain itu Twitter menjadi situs yang digemari selebriti. Di Twitter, tidak dikenal istilah friend atau teman, yang ada hanyalah follower atau pengikut. Tidak perlu menjalin hubungan timbal-balik untuk mengetahui perkembangan status dari seseorang. Para selebriti merasa sangat nyaman dengan hal tersebut. Mereka bisa berkomunikasi satu arah dengan para fans mereka lewat Twitter sambil sesekali memberi respon terhadap tweet-tweet mereka. Sebuah hubungan yang sangat hangat.
Semua kesuksesan Twitter itu hanya disadari oleh satu hal: kesederhanaan. Memang benar Twitter tidak menyediakan layanan untuk mengunggah foto, video, tautan, atau menulis blog panjang seperti semua yang disediakan Facebook. Apalagi menyediakan fasilitas chat yang realtime atau aplikasi-aplikasi menarik yang sarat dengan kebutuhan akan bandwith yang besar. Tidak, Twitter tidak memiliki semua itu. Akan tetapi, fakta berbicara bahwa sebagian dari pengguna internet tidak memerlukan semua itu.
Kesederhanaan itulah yang akhirnya menjadi perbedaan paling mendasar antara Facebook dan Twitter. Facebook menyediakan hampir semua fitur yang ada di setiap situs jejaring sosial sementara Twitter hanya memegang konsistensi mereka dalam mempertanyakan setiap orang dengan pertanyaan yang masih sama: “Apa yang kaulakukan?”. Sekilas terlihat bahwa apa yang dilakukan di Twitter sebenarnya juga dapat dilakukan di Facebook juga. Namun, untuk sekedar memperbaharui status, apakah kita musti memasuki situs yang sangat “berat” dan dipenuhi fitur-fitur yang tidak terlalu kita perlukan? Di situlah peran Twitter. Karena ada kondisi di mana pengguna internet tidak membutuhkan sebagian besar fitur yang ada di sana.
Masyarakat zaman sekarang suka dengan kecepatan. Segala yang memberikan akses termudah, tercepat, dan ternyamanlah yang bakal mereka pilih. Twitter seringkali unggul dalam hal-hal tersebut dibanding Facebook.
Kini Facebook Lite muncul. Bagaikan kain basah yang dikompres, semuanya kini menjadi sangat ringan, cepat, dan nyaman dipandang mata. Chatbox dan aplikasi-aplikasi yang seringkali dianggap tidak penting dihilangkan. Facebook Lite membuat imej “berat” yang melekat di Facebook menjadi hilang. Lalu apakah berarti bahwa ini adalah akhir dari era Twitter?
Facebook memberikan sebuah surat tantangan yang cukup serius kepada Twitter. Seperti yang pernah dilakukan Mac dan Google kepada Microsoft. Teknologi berkembang dengan sangat dinamis, terutama teknologi informasi. Dan yang bisa bertahan hanyalah mereka yang benar-benar bisa mengakali segala kondisi ini.
Lagi-lagi seleksi alam bekerja. Hanya yang kuat yang bisa bertahan. Dan kecerdikan mereka benar-benar sedang diuji sekarang. Jadi, siapa yang bakal menang di perang kali ini?
No comments:
Post a Comment